Andai Oleh Andini Yulina P. Memang benar ku salah… Tak menghargai perasaanmu Dan menghancurkan rasa cintamu… (GIGI) Gadis itu! Gadis yang duduk di sudut kafe bersama teman-temannya adalah gadis yang mengungkapkan perasaannya padaku dua tahun lalu. Gadis yang sekarang membuatku menyesal. Gadis itu… *** Dia! Laki-laki yang sempat membuatku terbang tinggi lalu mengempaskanku begitu saja. Laki-laki yang dua tahun lalu mengoyak hati seorang gadis yang baru saja membuka mata dari tidur panjangnya. Sayang sekali, dia bukan dan tidak pernah menjadi pacarku. Dialah yang menyadarkanku tentang betapa kejam dan kotornya dunia luar. From the bottom of my broken heart There’s just a thing or two I’d like you to know You were my first love, you were my true love From the first kiss til the very last rose… (Britney Spears) Aku mengungkapkan perasaanku padanya. Kejadian konyol yang masih aku ingat dan mungkin akan selalu kuingat. Jawaban waktu itu, dia juga merasakan hal yang sama denganku. Sayangnya, seorang gadis telah mengikat hatinya dan aku tahu itu. Dan tentu saja, pada akhirnya, dia lebih memilih gadis yang telah menemaninya selama hampir dua tahun. *** Cause even when I dream of you The sweetest thing will never do I’d still miss you babe And I don’t wanna miss a thing… (Aerosmith) Memang aku yang salah. Aku tetap saja memberikan harapan pada gadis itu. Padahal, waktu itu aku sudah punya pacar. Padahal aku tahu dia suka aku. Dan aku juga suka dia. Tapi aku juga tetap sadar bahwa aku dan dia sulit untuk bersatu. Mungkin dia tidak akan pernah mengerti hal ini. Dia bagai bintang yang berkedip-kedip di malamku yang gelap. Dan, dia juga terlalu tinggi untuk kugapai. Dia memang merendah. Tapi setinggi-tingginya seekor burung terbang, tidak akan mampu menggapai sang bintang. *** Sendiri aku berjalan Tak tahu apa yang kulakukan Cintamu itu semu Sakitku kan hadirkan lagi bahagia… (GIGI) Beberapa bulan lalu dia masuk lagi dalam kehidupanku. Entah bagaimana awalnya, aku dan dia tiba-tiba berada dalam suasana hangat yang sebelumnya telah membeku. Aku memang sudah tidak mempermasalahkan lagi masa lalu itu. Mungkin juga karena aku dan dia sama-sama sedang sendiri. Dia sudah berpisah dari pacarnya. Begitu juga aku. Dari bercanda, ngobrol tanpa arah, sampai akhirnya aku tidak sadar dia menciumku lagi! Aku kaget, tidak menduga, tapi juga tidak menghindar. Aku hanya terdiam sewaktu dia membisikkan sesuatu. "Ingat yang dulu?" bisiknya lirih di telingaku. Aku tidak tahu apa yang seharusnya kurasakan. Senang, marah, atau malah sedih? Entahlah… *** Kaulah yang dinginkan aku Dari mimpiku… Coba terbangkan khayalku Dari sadarku… (GIGI) Out of control! Aku tidak bisa mengendalikan diriku waktu itu. Mungkin itu sisi lain dari diriku yang masih menginginkannya. Saat aku mendekapnya, sekejap aku merasa damai. Tapi, dia menjauh. Dia terlihat kecewa. Mungkinkah aku menyakitinya lagi? Aku takut telah melukai hatinya lagi. Tapi sekali lagi aku jelaskan, aku memang menyukainya. Dan tetap saja, sedekat apa pun dia, sang burung tidak akan mampu menggapai sang bintang. *** Aku tahu perasaannya. Aku juga tahu kekhawatirannya. Dan aku tidak bisa menyalahkannya. Tapi ingat, aku tetap hanyalah seorang perempuan. Aku hanya bisa menunggu langkahnya. Bukankah Hawa diciptakan dari tulang ruasuk Adam? Sekuat-kuatnya Hawa, dia hanyalah tulang rusuk Adam. Aku juga hanya mengikuti perkataannya. Bahwa tulang rusuk itu akan kembali ke pemiliknya dan menyatu. Satu jiwa, satu cinta. Tapi, aku juga ingin bertanya. Mungkinkah tulang rusuk itu berjalan sendiri menuju pemiliknya? Bagaimana pun, sang pemilik harus berjuang menempuh jurang-jurang terjal untuk mendapatkan bagian dari dirinya, si tulang rusuk. Mungkin bukan aku si tulang rusuk yang bagian dari dirinya. Mungkin bukan dia sang pemilik yang harus berjuang mendapatkanku. Tapi aku sadar, siapa pun tidak akan pernah bisa menghapus masa lalu. Selalu ada ruang untuk menyimpan kenangan bersamanya. Tapi, aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Berbuat bodoh demi laki-laki yanng belum tentu mau berjuang untuk mendapatkanku. Aku akan mengunci pintu ruangan itu dan melanjutkan hidupku. End of story… *** Andai aku tidak melukai gadis itu… Andai aku punya keberanian… Andai dia berada dalam dekapanku… Andai… Ku tak membuang dirimu Menjadikan yang kedua… Atas cintaku Janganlah… Keterpurukan ini Membuat kau membenciku Selamanya… dan membunuhku (GIGI) Penulis adalah mahasiswa Univ. Airlangga Surabaya